Karangharjo, 22 Agustus 2024 – Hari ini, Mushalla Bahrul Ulum yang menyimpan banyak cerita itu akhirnya dibongkar dengan melibatkan alumni dan masyarakat sekitar Pesantren. Mushalla yang penuh sejarah ini merupakan salah satu peninggalan Muassis, KH. Arifurrahman, dibangun sebagaimana layaknya mushalla pada umumnya, sebagai tempat ibadah sekaligus kegiatan belajar bagi santri dan masyarakat selama ini.

Meski baru saja diperbaiki pada bulan Ramadlan 1445 H yang lalu karena atap yang sudah mulai lapuk, mushalla ini dibongkar sebagai bagian mewujudkan Pesantren menjadi Pesantren Hybrid, yakni program yang akan memadukan pola lama dan dengan  pola baru yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai sarana pendidikan dan pengelolaan Pesantren. “Mushalla yang baru akan terdiri dari 2 (dua) lantai. Lantai pertama akan menjadi mushalla, sedangkan lantai kedua akan digunakan sebagai perpustakaan pesantren yang akan menyediakan buku-buku atau kitab-kitab sebagaimana layaknya perpustakaan pada umumnya, sekaligus akan menyediakan akses internet bagi para guru dan santri sebagai sarana belajar,” jelas Pengasuh.

Program Pesantren hybrid ini merupakan inisiatif dari KH. Hodri Ariev untuk menjadikan Pesantren Bahrul Ulum sebagai pusat pendidikan yang adaptif dan akomodatif pada perkembangan mutaakhir, namun juga tetap akan mempertahankan nilai-nilai kepesantrenan. “Waktu kita terbatas, umur kita terbatas. Sementara yang harus kita pelajari, yang harus kita kelola, tidak terbatas. Karena itu kita harus punya langkah strategis mengelola semua ini agar capaian belajar maksimal dan pengelolaan menjadi efektif dan efisien,” jelas Pengasuh. 

Pembangunan gedung baru ini diharapkan selesai sebelum akhir tahun pendidikan 2024-2025, sehingga santri dapat segera menikmati fasilitas baru yang lebih memadai. Selama masa pembangunan, santri akan menggunakan mushalla sementara yang telah disiapkan oleh Pesantren, tepat di sebelah selatan mushalla yang lama. Mushalla sementara ini dirancang agar juga bisa digunakan sebagai ruang kelas, setidaknya ada 4 (empat) kelas bisa belajar di mushalla sementara ini.

Ketika ditanya mengenai biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan mushalla dan perpustakaan digital ini, KH. Hodri Ariev enggan menyebutkan angka pasti. Namun, bocoran yang didapat dari beberapa pertemuan internal menunjukkan bahwa pembangunan ini diperkirakan akan menelan biaya sekitar 2,5 miliar rupiah. Biaya ini dipandang sepadan dengan manfaat yang akan dinikmati oleh santri dan masyarakat sekitar dalam jangka panjang.

Pembangunan ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan Pesantren Bahrul Ulum dalam mendidik santri agar sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan perpaduan antara pendidikan berbasis pesantren yang kuat dan penerapan teknologi modern, Pesantren Bahrul Ulum optimis dapat terus melahirkan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga berkarakter dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Selain itu, sikap gotong royong dan semangat kebersamaan yang ditunjukkan oleh masyarakat dan alumni dalam proyek ini juga menjadi cerminan kuatnya hubungan antara pesantren dengan masyarakat. Diharapkan, langkah ini tidak hanya memperkuat fondasi fisik pesantren, tetapi juga mempererat ikatan spiritual dan sosial di antara semua pihak yang terlibat.

Dengan demikian, transformasi Pesantren Bahrul Ulum menuju pesantren hybrid bukan hanya menjadi perubahan fisik semata, melainkan juga proses simbol dari dinamika dan semangat pembaruan yang terus hidup dalam jiwa pesantren ini.