Tanggal 21.07.24, Saya hadir memenuhi undangan sahabat saya, Kiyai Hodri Ariev dalam acara "Haflah Imtihan" di Pesantren yang dipimpinnya:  Pesantren Bahrul Ulum, Karangharjo, Silo, Jember. 

Di sana saya diminta bicara tentang visi dan misi Pesantren untuk masa depan. Saya mengikuti acara ini dari awal hingga doa penutup. 

Usai perhelatan tahunan besar itu, saya menyampaikan kesan saya atas peristiwa malam ini kepada teman saya: Gus Iqbal, Pengurus RMI-PBNU. 

Saya bilang: Pesantren ini menarik hati saya.  Paling tidak ada dua hal. Pertama, Pesantren ini menyediakan beasiswa bagi santri putra dan putri yang miskin dan yatim dan memberikan penghormatan/penghargaan kepada santri yang berprestasi dalam dunia intelektual serta memperlakukan santri perempuan setara dengan santri laki-laki. Bahkan saya menyaksikan santri perempuan lebih banyak mengungguli santri laki-laki secara intelektual. 

Kedua, pesantren ini merespon dinamika sosial dan perubahan zaman yang terus bergerak ke depan. Dalam acara kemarin Pesantren ini melaunching apa yang disebutnya "Menuju Pesantren Hybrid". 

Saya terkagum-kagum atas gagasan ini. Ini jarang saya temui di Pesantren yang lain. Dan ini justru terjadi di sebuah pesantren yang letaknya jauh dari kota, bahkan seperti di tengah hutan. 

Saya berharap mudah-mudahan gagasan ini diikuti oleh pesantren-pesantren yang lain. Dalam hati saya mengatakan: Pengasuh Pesantren ini, Kiai Hodri Ariv, yang adalah ketua RMI-PBNU, telah merespon kata-kata saya yang acap saya sampaikan di sejumlah forum: bagaimana kita bisa maju tanpa meninggalkan turats, tradisi. Ini kritisisme saya atas jargon klasik yang populer di Pesantren: "

???????? ??? ?????? ?????? ?????? ??????? ???????

"Menjaga tradisi  lama yang baik dan merespon hal baru yang lebih baik." 

Demikian kesan saya membaca Pesantren Bahrul Ulum, Jember ini. Selamat Sukses. 

Husein Muhammad. 

24.07.24